Jamu Beras Kencur

Beras kencur adalah minuman penyegar khas Jawa. Minuman ini juga digolongkan sebagai jamu karena memiliki khasiat meningkatkan nafsu makan,  menghilangkan rasa pegal, menghangatkan tubuh, dan menjadi minuman penjaga stamina. Beras kencur sangat populer karena memiliki rasa yang manis dan segar.

Bahan utama beras kencur adalah beras (yang dihaluskan) dan kencur. Bahan alam dari tanaman herbal memiliki keanekaragaman struktur kimia dan tidak menimbulkan efek samping yang merugikan tubuh. Beras mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi mencapai 78,9 g/100 g bahan. Karbohidrat utama yang terkandung dalam beras adalah pati. Pati beras terdiri dari dua polimer glukosa yaitu amilosa dan amilopektin yang dapat diproses menjadi energi bagi tubuh. Pati bers juga mengandung vitamin B kompleks mendukung efek analgetik. Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dikenal masyarakat sebagai bumbu makanan, namun kencur mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 2,4-2,9% yang terdiri dari etil parametoksi sinamat (30%) yang memiliki efek sebagai analgetik alami dan anti radang, kamfer, borneol, sineol, penta dekana yang dapat menyembuhkan batuk, mengeluarkan angin dalam perut, dan menghangatkan tubuh.

Kombinasi beras pada kencur berfungsi sebagai suspending agent sehingga terdispersi dengan baik dalam air, selain itu, jamu beras kencur jika diminum secara rutin setiap hari bisa membantu menebalkan dinding perut untuk menyembuhkan penyakit maag Rasa manis berasal dari gula merah (gula kelapa atau gula aren) yang ditambahkan. Ramuan jamu beras kencur selengkapnya terdiri dari: Bahan utama kencur, jahe, asam jawa, garam, gula merah dan gula pasir.

Jamu beras kencur secara tradisional dijual bentuk cairan segar, baik di pasar-pasar umum atau oleh penjual jamu keliling. Industri jamu sekarang mengembangkan beras kencur yang dikemas dalam bentuk bubuk atau konsentrat (sirup) dan juga dijual bentuk bubuk kering instan tinggal menyeduh dengan air hangat atau air panas, prosesnya rimpang kencur bersama bahan lainnya kecuali tepung beras dan gula ditumbuk atau digiling sampai halus, dengan air panas diperas diambil sari-sarinya setelah itu tepung beras dan perasan sari kencur dicampur dengan beras dan gula untuk selanjutnya diproses pengeringan dengan cara dipanasi.

AYO minum JAMU, AYO sehat dengan JAMU..!!

Kosmetik Tematik Dari "LOKAL" ke Pasar "GLOBAL"

 Industri Kecantikan kini telah menjadi salah satu industri yang semakin menjanjikan. Pasar kosmetik (Beauty dan Personal Care) di Indonesia telah berkembang pesat (pra-pandemi) seiring dengan membaiknya perekonomian negara dan meningkatnya GDP per kapita.

Dalam gelaran Indonesia Cosmetics Ingredients (ICI) Expo & Seminar 2022 membahas mengenai penggunaan bahan alami dari Indonesia. Hal itu juga diungkapkan Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM Reri Indriani.

Kosmetik tematik dipersepsikan sebagai kosmetik berbahan baku alam dan identik dengan suatu daerah. Kosmetik tematik telah dikenal pada beberapa daerah seperti kosmetik Bali (lulur dan spa), kosmetik Jawa (perawatan tradisional keraton), kosmetik Banjarmasin (bedak dingin), kosmetik Makasar (Bedak beras hitam), kosmetik Mataram (Masker daun kelor), serta kosmetik berbahan alam lokal Indonesia.

Kosmetik tematik mempunyai ciri local pride (Indonesia memiliki potensi kearifan lokal yg menjadi kebanggaan), ciri utama kosmetik tematik adalah bahan baku yang berasal dari alam, yang identic dari suatu daerah dan  merupakan produk warisan budaya yang tentu saja dipelihara dan dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai kosmetik tematik. Dapat diperseprikan kosmetik tematik sebagai iconic suatu wilayah, heritage, dan menggunakan bahan alam.

Kosmetik tematik juga identic dengan budaya setempat, sehingga penyebarannya cukup merata dari Indonesia barat hingga Indonesia timur dan masing-masing daerah memiliki kelebihan dan spesifik, dan juga bisa mendorong potensi wilayah tersebut.

Bahan alam bukan hanya berasal dari tumbuhan, bahan alam bisa dari kerang yang dihaluskan, dimana Indonesia termasuk 10 negara dengan biodiversity (kekayaan alam yang luar biasa), ada sekitar 30.000 jenis tanaman yang dikenal sebagai tanaman obat yang kini dikembangkan menjadi kosmetik, tentunya keanekaragaman hayati ini dipadukan dengan kearifan budaya akan menghasilkan suatu budaya kerajinan, salah satunya kosmetik.

Untuk mendukung pengembangan kosmetik tematik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan coaching clinic, bimbingan teknis untuk pendampingan umkm seperti dalam rangka menjadikan bahan garam selain sebagai garam konsumsi dapat juga dijadikan kosmetik, agar kosmetik yang beredar memiliki keamanan manfaat dan mutu.

Saat ini, pemerintah bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki program khusus untuk melakukan pendampingan kosmetik tematik. Merupakan kekayaan alam wilayah Indonesia. Jika dikembangkan lebih lanjut, bisa meningkatkan devisa negara.

Ayo pakai kosmetik local asli buatan Indonesia..!!

Jadilah konsumen yang cerdas dengan memilih produk yang berkualitas..!!

"Sumber :"

Badan POM Dorong Pengembangan Kosmetik Tematik Nasional 2019

Jamu Warisan Budaya Nenek Moyang

Kata jamu berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu jampi atau usodo. Jampi atau usodo memiliki arti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa. Istilah jampi banyak ditemukan pada naskah kuno, seperti pada naskah Gatotkacasraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya.

Jamu merupakan warisan budaya bangsa Indonesia berupa ramuan bahan tanaman obat yang mempunyai khasiat/manfaat bagi kesehatan dan telah digunakan secara turun temurun serta dikembangkan dari generasi ke generasi. Jamu menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, memberi manfaat dan menjadi kebanggan sebagai bagian dari identitas bangsa.

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan jamu terdiri dari tanaman herbal yang dapat dijumpai di lingkungan sekitar seperti daun, rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang. Jamu merupakan salah satu representasi kearifan lokal yang berkembang di masyarakat karena kebermanfaatan minuman tradisional ini masih dipercaya oleh masyarakat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit tanpa menimbulkan efek samping. Pada tahun 2018 menurut data dari Tribun News, Jawa Timur menduduki peringkat nomor 3 sebagai konsumen jamu terbesar dengan peningkatan sejumlah 17%. Hal inilah yang membuat jamu masih menjadi pilihan masyarakat hingga saat ini. Pemahaman mengenai eksistensi minuman ini penting diwujudkan oleh masyarakat, karena warisan dari nenek moyang adalah jati diri bangsa yang mencerminkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya sejak dahulu kala.

Jamu sendiri memiliki beberapa jenis, mulai dari yang berbentuk kapsul, tablet, sachet, hingga tradisional seperti jamu gendong. Dari berbagai jenis tersebut, jamu tradisional atau yang lebih dikenal dengan jamu gendong masih digemari masyarakat dari bermacam kalangan.

"Apa itu jamu gendong.?"

Jamu gendong adalah jamu hasil produksi rumahan (home industry). Jamu ini dijajakan dengan cara memasukkannya ke dalam botol-botol. Kemudian, botol-botol ini disusun secara rapi di dalam bakul. Setelah itu, penjual jamu akan menggendong bakul yang berisi jamu tersebut saat berjualan. Itulah sebabnya, jamu ini dikenal sebagai jamu gendong.

Biasanya para penjual jamu gendong memasarkan dagangannya dengan cara berkeliling setiap hari. Penjual jamu gendong kebanyakan adalah kaum hawa. Hal ini karena dahulu tenaga laki-laki lebih diperlukan dalam bidang pertanian.

Hal yang membuat menarik dari jamu gendong adalah cara membawa barang dagangannya, yaitu digendong menggunakan kain batik, jarik, dan sebagainya. Ini adalah ciri khas perempuan Jawa dari dulu, bahkan sampai saat ini. Tidak hanya jamu, dagangan lain seperti pecel, nasi liwet, dan juga aneka jajanan juga sering dijajakan dengan cara digendong.

“Menggendong” memiliki arti dan makna tersendiri. Menggendong identik dengan seorang ibu yang memomong anak kecil. Jadi, perempuan Jawa menggendong barang dagangannya (rezeki) seperti membawa anak kecil yang harus dilakukan dengan lemah lembut dan telaten.

"Sudah ada sejak zaman Kerajaan Hindu-Budhha"

Siapa sangka jamu sudah ada sejak zaman dahulu? Terdapat banyak sekali bukti sejarah yang menyebut bahwa jamu telah ada pada zaman kerajaan Hindu-Buddha. Relief yang menggambarkan pembuatan atau penggunaan jamu ditemukan pada beberapa candi di Indonesia seperti Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh, dan Tegalwangi.

Selain dari relief candi, jamu juga ada dalam Prasasti Madhawapura peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti, disebutkan bahwa profesi peracik jamu yang disebut dengan acaraki. Seorang acaraki harus berdoa terlebih dulu sebelum meracik jamu. Ia juga harus bermeditasi dan berpuasa sebelum meramu jamu.

Semua ini harus dilakukan supaya ia bisa merasakan energi positif yang bermanfaat untuk kesehatan. Ritual ini dilakukan karena masyarakat Jawa kuno percaya bahwa Tuhan adalah sang penyembuh sejati.

Awalnya, jamu hanya diperuntukkan bagi kalangan istana kerajaan. Namun lambat-laun akhirnya jamu mulai didistribusikan untuk masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya banyak pedagang yang berjualan jamu secara berkeliling. Laki-laki membawanya dengan dipikul, perempuan membawanya dengan digendong.

Seperti yang telah disebutkan di atas tadi, tenaga laki-laki lebih dibutuhkan di bidang pertanian. Maka dari itu penjual jamu mulai didominasi oleh kaum perempuan yang menjajakannya dengan cara digendong.

Saat ini, jamu tradisional masih sering dijumpai. Hanya saja cara menjajakannya sudah bervariasi, ada yang menggunakan sepeda, motor, ataupun gerobak. Meski berbeda cara menjajakannya, jamu yang dijual masih sama seperti penjual jamu gendong.

Dengan membudayakan minum jamu, kesehatan keluarga terjaga, dan anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat, kuat, dan cerdas. Menuju Indonesia sehat dan kuat dengan jamu tradisional warisan nenek moyang

Referensi :